
Berawal dari ide sederhana untuk memanfaatkan kulit ikan patin yang sempat tidak terpakai, Fitriadi, owner dan pendiri UMKM Raja Patin, berhasil mengembangkan usaha camilan berbahan dasar kulit ikan patin yang kini dikenal luas di Medan dan sekitarnya.
Perjalanan usaha ini dimulai pada 6 Desember 2016. Saat itu, Fitriadi dan istrinya dihadapkan pada pembatalan order kulit patin mentah sebanyak 50 kg. Tidak ingin membuang bahan baku tersebut, sang istri berinisiatif mengolahnya menjadi kerupuk kulit ikan patin yang kemudian ditawarkan ke tetangga sekitar. Respons positif langsung didapat, permintaan pun terus meningkat hingga ke warung-warung di desa dan kecamatan sekitar.
“Saya dulunya bekerja di perusahaan budidaya ikan patin. Kulit patin biasanya dianggap limbah, bahkan sempat saya jual ke petani untuk bahan pelet. Tapi karena ada orderan yang batal, istri saya berkreasi mengolahnya jadi camilan. Tidak disangka, justru dari situ usaha ini lahir,” ujar Fitriadi.
Langkah awal pemasaran dilakukan dengan menitipkan produk di warung-warung di Kecamatan Batang Kuis, Percut Sei Tuan, Tanjung Morawa, dan Marelan. Selain itu, pemasaran melalui media sosial juga membantu memperluas jangkauan pasar. Pada tahun 2018, Raja Patin mendapat kesempatan mengikuti pameran UMKM di Bandara Kualanamu selama satu tahun. Dari situ, produk mereka mulai dikenal lebih luas dan menarik banyak reseller.
Tantangan muncul saat pandemi Covid-19 melanda. Permintaan menurun dan pemasaran harus disesuaikan. Fitriadi dan istrinya memutuskan untuk mencoba masuk ke pasar modern. Meski sempat ditolak oleh salah satu retail besar, mereka tidak menyerah. Pada 30 Juli 2022, usaha mereka membuahkan hasil saat produk Raja Patin resmi diterima dan mulai dipasarkan oleh Alfamidi.
“Perasaan kami campur aduk ketika produk kami akhirnya bisa dipajang di Alfamidi. Pesanan langsung naik sampai ratusan kotak. Banyak teman dan pelanggan juga senang karena produk kami jadi lebih mudah didapat,” tambah Fitriadi.
Masuknya produk ke Alfamidi bukan hanya membuka pasar baru, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri dan daya saing produk. Bahkan, beberapa retail lain yang sebelumnya menolak, mulai menerima produk Raja Patin setelah melihat kehadirannya di Alfamidi. Perkembangan omzet juga menunjukkan tren yang sangat positif. Pada tahun 2023, omzet penjualan dari Alfamidi tercatat mencapai Rp 749,9 juta, dan melonjak signifikan di tahun 2024 hingga menembus angka Rp 1 miliar.
Keunikan kerupuk kulit ikan patin Raja Patin terletak pada cita rasanya yang khas, renyah, berbumbu rempah khas ikan goreng, tanpa bau amis, dan tanpa minyak berlebih. Produk ini menggunakan kulit ikan patin murni 98%, dengan bumbu yang membuatnya digemari berbagai kalangan. Untuk terus berinovasi, Raja Patin berencana menambah varian rasa baru. Setelah sukses dengan rasa original, Fitriadi mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat mereka akan menghadirkan varian rasa balado khusus untuk Alfamidi. Selain itu, varian rasa sambal hijau juga sedang dalam proses pengurusan izin dari BPOM sebelum resmi dipasarkan.
Fitriadi menegaskan bahwa menjaga kualitas produk, komitmen terhadap mitra, serta memastikan ketersediaan barang adalah prioritas utama dalam membangun hubungan baik dengan pelanggan dan mitra usaha.
“Setiap tantangan kami hadapi dengan pikiran positif dan terus berusaha melakukan perbaikan. Harapan kami, kerja sama dengan Alfamidi bisa terus berjalan dan produk Raja Patin bisa semakin berkembang, dikenal luas, dan menjadi kebanggaan Medan,” tutupnya.